Kubaca keluhmu di secarik kertas putih yang kosong.
Ku gagal melihat deritamu dibalik senyum yang terbungkus rapi.
Kudengar banggamu tanpa suara. Namun ia bergema.
Mungkin cintamu diam-diam. Wahai orang pertama pembisik azan.
Kini, biarkan aku melukis mimpimu dalam mimpiku.
Semoga kau bersorak riang di sisiNya.